Minggu, 05 Desember 2021

Literasi dan TIK dalam pembelajaran blended Learning dimasa pandemi

  

Nama Kelompok

Sumarnik diyah kuntari (sumarnikdiyahkuntari@gmail.com),Achmad Yunus Arbiyan (yunuspapanyavelo@gmail.com),Umi Wasilah (umiwasilahncin@gmail.com),Luthfiana Lailiya(luthfiana102530@gmail.com)

 

Program Studi Teknologi Pendidikan, Angkatan: 2021-B,

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Achmad Noor Fatirul, ST., M.Pd.

 


Pendahuluan

Dewasa ini, informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah dengan sangat masif. Informasi dan pengetahuan baru menyebar dengan mudah dan aksesibel bagi siapa saja yang membutuhkannya. Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran guru yang selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh darinya. Di masa mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi.

Dalam kontek pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan karakter, tetap harus dipertahankan bahwa sebagai lembaga pendidikan peserta didik tetap memerlukan kemampuan teknik. Pemanfaatan berbagai aktifitas pembelajaran yang mendukung 4.0 merupakan keharusan dengan model resource sharing dengan siapapun dan dimanapun,

pembelajaran kelas dan lab dengan augmented dengan bahan virtual, bersifat interaktif, menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar lengkap.

Pandemi Covid-19 yang muncul akhir tahun 2019 mempengaruhi  hampir  seluruh  aspek  kehidupan,  tak  terkecuali  aspek  pendidikan. Dampak dari pandemi Covid-19 pada aspek pendidikan adalah mengharuskan kegiatan belajar mengajar tetap  berjalan  meskipun  peserta  didik  berada  di  rumah.  Sehingga 

 

pendidik dituntut untuk mendesai  media  pembelajaran  sebagai  inovasi  dengan  memanfaatkan  media  daring  (online).

Rumusan Masalah

Sebagai penulis ada beberapa permasalahan yang muncul sesuai dengan judul tersebut,yaitu

1.         Bagaimana konsep pembelajaran campuran atau blended learning ?

2.         Apa saja kunci keberhasilan pembelajaran campuran atau blended learning?

3.    Bagaimana perkembangan pelaksanaan literasi dan TIK  selama masa pandemic baik pada pembelajaran daring penuh maupun blended learning ?

4.    Bagaimana cara mengoptimalkan motivasi  berliterasi dan TIK dimasa pandemic ?

Konsep Pembelajaran Blended Learning

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pembelajar secara offline

maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Dalam blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu: (1) tatap muka (2) belajar mandiri, (3) aplikasi, (4) tutorial, (5) kerjasama, dan (6) pembelajaran campuran mengacu pada gaya pendidikan formal di mana siswa belajar melalui pengajaran tradisional secara langsung dan media online.

Pengajar yang menggunakan pembelajaran campuran memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menikmati beberapa pengalaman kelas tatap muka sambil juga mengerjakan bagian dari pelajaran mereka secara online.

Dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, pembelajaran campuran berpotensi menjadi sangat sukses untuk pertumbuhan siswa. Pada tingkat paling dasar, pembelajaran campuran memberi peserta didik kemampuan untuk memiliki kontrol lebih atas kecepatan, waktu, jalur, dan tempat pembelajaran melalui penggunaan pembelajaran online.

Pembelajaran campuran memungkinkan integrasi pengajaran secara langsung dengan modalitas pembelajaran online, memanfaatkan keduanya secara bersamaan untuk menciptakan pengalaman belajar yang unik. Jenis pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk mengalami setiap pelajaran dengan cara baru. Misalnya, setelah mendengar ceramah tentang pelajaran sejarah, peserta didik  dapat terlibat dengan materi secara online melalui karyawisata digital dan video . peserta didikakan  mendapat manfaat dari kedua cara belajar, memungkinkan yang satu untuk menambah yang lain.

Pembelajaran campuran memungkinkan peserta didk berinteraksi dengan berbagai jenis platform dan alat pembelajaran online, serta belajar secara langsung.

Karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, fleksibilitas pembelajaran online yang dipadukan dengan bantuan dari instruktur tatap muka membantu memaksimalkan pembelajaran dengan gaya yang paling sesuai untuk peserta didik.

Kunci Penentu Pembelajaran Blended Learning

Jared M.Carman (2005: 2) menjelaskan ada lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan blended learning, yaitu

1. Live Event (Pembelajaran Tatap Muka) Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tetapi tempat berbeda. Pola pembelajaran langsung masih menjadi pola utama yang sering digunakan pendidik dalam mengajar. Pola pembelajaran ini perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

2. Self-Paced Learning (Pembelajaran Mandiri) Pembelajaran mandiri (selfpaced learning) memungkinkan peserta belajar didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara online. Adapun konten pembelajaran perlu dirancang khusus baik yang bersifat teks maupun multimedia, seperti: video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi semuanya. Selain itu, pembelajaran mandiri juga dapat dikemas dalam bentuk buku, via web, via mobile, streaming audio, maupun streaming video.

3. Collaboration (Kolaborasi) Kolaborasi dalam pembelajaran blended learning dengan mengkombinasikan kolaborasi antar pengajar maupun kolaborasi antar peserta belajar. Kolaborasi ini dapat dikemas melalui perangkat-perangkat komunikasi, seperti forum, chatroom, diskusi, email, website, dan sebagainya. Dengan kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan konstruksi pengetahuan maupun keterampilan dengan adanya interaksi sosial dengan orang lain

4.Assessment (Penilaian/Pengukuran Hasil Belajar) Penilaian (assessment) merupakan langkah penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh siswa. Selain itu, penilaian juga bertujuan sebagai tindak lanjut guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun guru sebagai perancang pembelajaran harus mampu meramu kombinasi jenis assessment online dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes;

5.Performance Support Materials (Dukungan Bahan Belajar) Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung proses pembelajaran. Penggunaan bahan ajar akan menunjang kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi. Dalam pembelajaran dengan blended learning hendaknya dikemas dalam bentuk digital maupun cetak sehingga dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun online. Penggunaan bahan ajar yang dikemas secara online sebaiknya juga mendukung aplikasi pembelajaran online. Contoh: penggunaan bahan ajar berbentuk power point pada e-learning dengan basis efront. Bahan ajar ini mendukung pembelajaran online karena dapat diakses oleh peserta didik Kelima kunci di atas memiliki keterkaitan dan pengaruh yang signifikan dalam kegiatan pembelajaran dengan blended learning.

Literasi dan TIK dalam Pembelajaran Blended Learning

Blended  learning  merupakan  pendekatan  pembelajaran  yang  mengintegrasikan pembelajaran  tradisonal  tatap  muka  dan  pembelajaran jarak  jauh  yang  menggunakan sumber  belajar  online  dengan  beragam  pilihan  komunikasi  yang  dapat  digunakan  oleh guru dan siswa (Harding, Kaczynski dan Wood, 2005)  Berkaitan   dengan   pembelajaran,   pemanfaatan   teknologi   informasi   dalam   setting elearning diperlukan keterampilan guru dalam mengemas dan membuat materi ajar,  serta  merancang  pembelajaran  agar  dapat  melaksanakan  pembelajaran  secara  efektif.  Dalam rancangan  pembelajaran  (desain  instruksional)  di  dalamnya  terdapat  proses  yang  memandu perancang dalam hal ini guru dan dosen untuk mendesain, mengembangkan, dan menerapkan materi ajar (konten elearning). Dengan memanfaatkan infrastruktur dan aplikasi yang tersedia pada  jaringan  internet  atau  dalam  aplikasi  android ponsel  yang  akan  digunakan  untuk mengakses materi ajar yang dikemas dalam eleaning diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas belajar siswa atau mahasiswa.           Dalam  implementasi elearning,  ada  tahap  evaluasi  yang  digunakan  untuk  revisi  danpenyesuaian  terhadap  tahap-tahap  sebelumnya.  Desain  pembelajaran  merupakan  proses dinamis yang dimungkinkan berubah sesuai dengan informasi dan hasil evaluasi yang diperoleh bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengacu pada capaian kompetensi yang ditetapkan.            Dalam merancang blended learning, ada beberapa komponen yang harus dipahami oleh guru    agar   rancangan   pembelajaran   tersebut   dapat   berkesinambungan   dan  Komponen-komponen tersebut terdiri atas (a)  perencanaan  pembelajaran, 

(b)  perancangan  dan  pembuatan  materi,  (c)  penyampaian pembelajaran dan

(d) evaluasi pembelajaran.        

  Pembelajaran  dalam  setting blended  learning saat  ini  menjadi  salah  satu  alternatif inovasi  pembelajaran.  Tentu  saja  dalam  perwujudan blended  learning  di  jenjang  pendidikan  dasar,  dan menengah terdukung oleh fasilitas keterdiaan perangkat keras jaringan internet atau intranet serta kemampuan dan wawasan guru tentang blended learning.

Dimasa pandemic kegiatan literasi dengan TIK tidak dapat dipisahkan, karena pembelajaran selama pandemic baik daring full maupun pembelajaran campuran/ blended learning tetap harus ada kegiatan literasi baik secara daring maupun luring.Pada kenyataannya perkembangan kegiatan literasi pada sekolah yang maju berbeda dengan sekolah berkembang dan sekolah terpencil.

Pada sekolah yang maju secara global literasi digital maupun non digital dapat terlaksana dengan nilai  “cukup “ atau BAIK. Berbeda dengan sekolah yang berkembang dan sekolah terpencil. Pada sekolah berkembang dapat diniilai “cukup” dan pada sekolah terpencil dapat nlai “kurang”. Pebedaan ini diakibatkan oleh sarana –prasarana / sumber belajar untuk berliterasi baik secara digital maupun non digital tidak sama.

Pada sekolah maju peserta didik tetap diberi akses untuk pinjam buku-buku paket diperpustakaan yang teknis pelaksanaannya tetap mematuhi protocol kesehatan dan terjadwal. Pada sekolah maju , letak sekolah dan tempat tinggal peserta didik umumnya dalam kota sehingga konektivitas jaringan kuat atau sempurna. Sedangkan pada sekolah yang berkembang juga ada akses pinjam buku namun jumlah buku terbatas dan  minat pinjam saja kurang. Konektivitas jaringan umumnya tidak merata. Pada sekolah terpencil juga tidak jauh beda dengan sekolah berkembang . meskipun sekolah memiliki perpustakaan namun jumlah sumber belajar terbatas , tidak dapat memenuhi atau menjangkau jumlah peserta didik. Konektivitas jaringan umumnya lemah dan minat berliterasi  kurang.

Optimalisasi Literasi Dan TIK selama pandemi

Selama pembelajaran campuran , kegiatan literasi dapat secara daring melalui media online seperti internet maupun google classroom dan secara luring melalui literasi disekolah dalam PTMT dan literasi di rumah. Pada kenyataannya minat belajar atau membaca dari peserta didik rendah dengan dalih “bosan daring” atau “membosankan”. Hal ini Nampak ketika dilaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas.

Kondisi riil ini mendorong guru untuk berupaya menyajikan pembelajaran secara daring dan luring dengan bervariasi. Dalam memotivasi peserta didiknya yang dilakukan guru adalah :

1. ruang maya Google Classroom dijadikan wadah untuk menyajikan konten-konten atau materi pelajaran baik dengan sajian file maupun melalui video pembelajaran saja.

2. ruang maya Google Classroom dijadikan wadah untuk menyajikan konten-konten atau materi pelajaran baik dengan sajian file maupun melalui video pembelajaran  dan tugas / latihan soal dengan harapan peserta didik sebelum mengerjakan tugas diawali dengan membaca materi dalam file atau dalam video pembelajaran.

3. Mewajibkan peserta didik mencatat materi-materi/ membuat ringkasan dari file guru,  video pembelajaran atau literasi digital yang lain. Jika peserta didik mencatat otomatis terjadi literasi.

4. memberi tugas yang penyelesaiannya membutuhkan informasi lebih banyak atau kolaborasi dengan mapel yang lain seperti tugas yang materinya terkait dengan ilmu-ilmu lain yang relevan sehingga peserta didik termotivasi melakukan literasi digital.

5. Jangan lupa guru tetap memberi penilaian yang obyektif baik penilaian kualitatif maupun kuantitatif yang dikirim ke peserta ddik sehingga peserta didik merasa hasil karyanya di hargai dan tidak sia-sia. Penilaian kualitatif berupa kalimat motivasi yang dikirim lewat group kelas WA atau e-learnig

Pembahasan/Diskusi

Dari pembahasan hasil yang merupakan jawaban dari empat rumusan masalah, kami dari kelompok -10 menerima pembahasan tersebut karena pembahasannya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang kami alami di lapangan pendidikan selama pandemic. Peranan digital sangat kami rasakan selama pembelajaran full daring maupun blended learning. Kelebihan dan kekurangan telah dirasakan  oleh peserta didik dan kami sebagai guru.. Dengan adanya pembelajaran campuran baik pendidik dan peserta didik merasa ada udara bebas, ruang dan waktu  walau sedkit. Udara bebas bukan berarti sebelumnya kami sebagai guru tertekan tetapi dengan kondisi pandemic dan lockdown membuat kami “sadar diri” , intropeksi diri. Kami sebagai guru merasa memiliki banyak kekurangan yang harus kami ganti dengan sutu kelebihan. Sebagai guru peran kami sebagai fasilitator, motivator harus kami kembangkan dengan sutu variasi , kombinasi cara menyajikan

sutu materi yang dapat membantu peserta didik mudah belajar, mudah memahami dan tidak membosankan.  Kami terdorong untuk meningkatkan kemampuan dan skill kami dimasa yang darurat  dalam ruang serta waktu yang terbatas. Namun itu semua pada hakikatnya kami tidak terjepit tetapi kami diberi waktu dan ruang yang sangat luas untuk berliterasi secara digital , menjelajahi, memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya melalui ruang maya. Baik guru maupun peserta didik mendapatkan sesuatu yang baru yang berharga yang harus dimiliki dan bermanfaat selama pembelajaran full daring dan blended learning.

Kesimpulan

Dalam  hal  ini  diharapkan  guru  dengan  memanfaatkan internet atau intranet bahkan phone seluler yang disinergikan dengan konsep literasi digital untuk  dikemas  dalam  setting blended  learning. Blended  learning  dalam  aktivitas pembelajaran  dengan  memanfaatkan  internet,  intranet  atau  ponsel  sebagai  media berwawasan  literasi  digital  dalam  upaya  mengawal  terbangunnya  generasi  emas  tahun 2045  sebagai  penciri  setiap  pebelajar  Indonesia  untuk  memiliki  keterampilan  abad  XXI, yaitu: 

(1)  kemampuan  berpikir  kritis  dan  kemampuan memecahkan  masalah,

 (2) pengembangan   kreativitas,  

(3)   kemampuan   komunikasi   dan  

(4) kemampuan  berkolaborasi  merupakan  kompetensi  siswa  yang  harus  dikembangkan.  Seorang  guru berkehendak  merancang  pembelajaran  “blended  learning”  sebaiknya  memperhatikan beberapa  komponen  utama,  ada  tujuh  komponen,  yaitu:

(a)  tujuan  pembelajaran (kompetensi siswa),

(b) karakteristik materi atau bahan ajar,

(c) proses pembelajaran,

(d) fasilitas, media dan sumber belajar,

(e) karakteristik siswa,

(f) waktu yang digunakan dan

(g) evaluasi pembelajaran

Saran

Berlandaskan pada pembelajaran “student center”  dimasa pandemic sebagai pendidik disarankan :

1). Mengutamakan , memperhatikan perkembangan keberhasilan peserta didik selama   pembelajaran campuran. Apakah dalam waktu yang terbatas murid mampu mempelajari, memahami apa yang kita sajikan tanpa diselimuti rasa bosan?.

2). Memperhatikan pendidikan karakteristik terkait masalah kejujuran artinya peserta didik harus jujur apakah hasil /nilai yang diperoleh itu benar-benar karena paham bukan karena menyontek tanpa memahami. Sebagai guru harus memotivasi peserta didik untuk berlatih mengasah pikirannya , tidak menggantungkan pada jawaban dalam internet (menyontek secara digital).

3). Meningkatkan variasi penyajian materi baik dari media, metode dan konten-konten materi supaya anak termotivasi untuk berliterasi baik secara dgital maupun nondigital.

Daftar Pustaka

Cahyani, A., Listiana, D. I., & Larasati, D. P. S.  (2020). Motivasi belajar siswa SMA pada pembelajaran Daring Dimasa Pandemi Covid-19. https://journal.ptiq.ac.id/index.php/iq/article/view/57

Everett, C.. Pembelajaran Campuran: Potensi Keuntungan dari Pergolakan Pendidikan Terbaru. https://id.educations.com/articles-and-advice/blended-learning-potential-upside-18897.

Ice, A.,Wardono , Kartono, (2018). Pengembangan Literasi Matematika Mengacu PISA Melalui Pembelajaran Abad Ke-21 Berbasis Teknologi. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/20202/9580

Jaka, Warsihna (2016).Improve Reading and writing literacy with information adnd comunicatioan technology (ICT) . https://core.ac.uk/reader/235523270

Risnani, L. Y. 2019. Blended Learning: Pengembangan dan Implementasinya pada Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan Blended Learning: Development and Implementation of the Course in Plant Physiology.  http://dx.doi.org/10.29405/ j.bes/3274-834007

Sukarti, 2014 . Berkolaborasi dan Menggiatkan literasi di tengah pandemic.   https://mtsn2kotakediri.sch.id/2014/02/07/hello-world-2/

Siti masitoh, 2018. Blended Learning Berwawasan Literasi Digital Suatu Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Membangun Generasi Emas 2045.Universitas Negeri Surabaya sitimasitoh@unesa.ac.http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs/article/view/1377

Tidak ada komentar: