Nama Kelompok
Sumarnik
diyah kuntari (sumarnikdiyahkuntari@gmail.com),Achmad Yunus Arbiyan
(yunuspapanyavelo@gmail.com),Umi Wasilah (umiwasilahncin@gmail.com),Luthfiana
Lailiya(luthfiana102530@gmail.com)
Program Studi Teknologi
Pendidikan, Angkatan: 2021-B,
Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya
Dosen Pengampu: Dr. Drs.
Achmad Noor Fatirul, ST., M.Pd.
Pendahuluan
Dewasa ini, informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah dengan
sangat masif. Informasi dan pengetahuan baru menyebar dengan mudah dan
aksesibel bagi siapa saja yang membutuhkannya. Pendidikan mengalami disrupsi
yang sangat hebat sekali. Peran guru yang selama ini sebagai satu-satunya
penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh darinya. Di masa
mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan
membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi.
Dalam kontek pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan
kreativitas, berpikir kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi,
kemasyarakatan dan keterampilan karakter, tetap harus dipertahankan bahwa
sebagai lembaga pendidikan peserta didik tetap memerlukan kemampuan teknik. Pemanfaatan
berbagai aktifitas pembelajaran yang mendukung 4.0 merupakan keharusan dengan
model resource sharing dengan
siapapun dan dimanapun,
pembelajaran kelas dan lab dengan augmented dengan bahan virtual,
bersifat interaktif, menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar
lengkap.
Pandemi Covid-19 yang muncul akhir tahun 2019 mempengaruhi hampir
seluruh aspek kehidupan,
tak terkecuali aspek
pendidikan. Dampak dari pandemi Covid-19 pada aspek pendidikan adalah
mengharuskan kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan meskipun peserta
didik berada di
rumah. Sehingga
pendidik dituntut untuk mendesai
media pembelajaran sebagai
inovasi dengan memanfaatkan
media daring (online).
Rumusan Masalah
Sebagai
penulis ada beberapa permasalahan yang muncul sesuai dengan judul
tersebut,yaitu
1.
Bagaimana konsep pembelajaran campuran atau blended
learning ?
2.
Apa saja kunci keberhasilan pembelajaran campuran atau
blended learning?
3. Bagaimana perkembangan pelaksanaan literasi dan TIK selama masa pandemic baik pada
pembelajaran daring penuh maupun blended learning ?
4. Bagaimana cara mengoptimalkan motivasi berliterasi dan TIK dimasa pandemic ?
Konsep Pembelajaran Blended Learning
Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak
ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi
(blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan
interaksi antara pengajar dan pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru
memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber
belajar dalam pembelajaran mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio
visual. Namun blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi
sehingga sumber dapat diakses oleh pembelajar secara offline
maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis
blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka,
teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer,
dan teknologi m-learning (mobile learning). Dalam blended learning terdapat
enam unsur yang harus ada, yaitu: (1) tatap muka (2) belajar mandiri, (3)
aplikasi, (4) tutorial, (5) kerjasama, dan (6) pembelajaran
campuran mengacu
pada gaya pendidikan formal di mana siswa belajar melalui pengajaran
tradisional secara langsung dan media online.
Pengajar
yang menggunakan pembelajaran campuran memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menikmati beberapa pengalaman kelas tatap muka sambil juga mengerjakan
bagian dari pelajaran mereka secara online.
Dengan
kemajuan teknologi yang berkelanjutan, pembelajaran campuran berpotensi menjadi
sangat sukses untuk pertumbuhan siswa. Pada tingkat paling dasar, pembelajaran
campuran memberi peserta didik kemampuan untuk memiliki kontrol lebih atas
kecepatan, waktu, jalur, dan tempat pembelajaran melalui penggunaan
pembelajaran online.
Pembelajaran
campuran memungkinkan integrasi pengajaran secara langsung dengan modalitas
pembelajaran online, memanfaatkan keduanya secara bersamaan untuk menciptakan
pengalaman belajar yang unik. Jenis pembelajaran ini memungkinkan peserta didik
untuk mengalami setiap pelajaran dengan cara baru. Misalnya, setelah mendengar
ceramah tentang pelajaran sejarah, peserta didik dapat terlibat dengan materi secara online
melalui karyawisata digital dan video . peserta didikakan mendapat manfaat dari kedua cara belajar,
memungkinkan yang satu untuk menambah yang lain.
Pembelajaran
campuran memungkinkan peserta didk berinteraksi dengan berbagai jenis
platform dan alat pembelajaran online, serta belajar secara langsung.
Karena
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, fleksibilitas pembelajaran
online yang dipadukan dengan bantuan dari instruktur tatap muka membantu
memaksimalkan pembelajaran dengan gaya yang paling sesuai untuk peserta didik.
Kunci Penentu Pembelajaran Blended Learning
Jared M.Carman
(2005: 2) menjelaskan ada lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan
blended learning, yaitu
1. Live
Event (Pembelajaran Tatap Muka) Pembelajaran langsung atau tatap muka secara
sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tetapi tempat
berbeda. Pola pembelajaran langsung masih menjadi pola utama yang sering
digunakan pendidik dalam mengajar. Pola pembelajaran ini perlu didesain
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
2.
Self-Paced Learning (Pembelajaran Mandiri) Pembelajaran mandiri (selfpaced
learning) memungkinkan peserta belajar didik dapat belajar kapan saja dan
dimana saja secara online. Adapun konten pembelajaran perlu dirancang khusus
baik yang bersifat teks maupun multimedia, seperti: video, animasi, simulasi,
gambar, audio, atau kombinasi semuanya. Selain itu, pembelajaran mandiri juga
dapat dikemas dalam bentuk buku, via web, via mobile, streaming audio, maupun
streaming video.
3.
Collaboration (Kolaborasi) Kolaborasi dalam pembelajaran blended learning
dengan mengkombinasikan kolaborasi antar pengajar maupun kolaborasi antar
peserta belajar. Kolaborasi ini dapat dikemas melalui perangkat-perangkat
komunikasi, seperti forum, chatroom, diskusi, email, website, dan sebagainya.
Dengan kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan konstruksi pengetahuan
maupun keterampilan dengan adanya interaksi sosial dengan orang lain
4.Assessment
(Penilaian/Pengukuran Hasil Belajar) Penilaian (assessment) merupakan langkah
penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai
oleh siswa. Selain itu, penilaian juga bertujuan sebagai tindak lanjut guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun guru sebagai perancang pembelajaran
harus mampu meramu kombinasi jenis assessment online dan offline baik yang
bersifat tes maupun non-tes;
5.Performance
Support Materials (Dukungan Bahan Belajar) Bahan ajar merupakan salah satu
komponen penting dalam mendukung proses pembelajaran. Penggunaan bahan ajar
akan menunjang kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi. Dalam
pembelajaran dengan blended learning hendaknya dikemas dalam bentuk digital
maupun cetak sehingga dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline
maupun online. Penggunaan bahan ajar yang dikemas secara online sebaiknya juga
mendukung aplikasi pembelajaran online. Contoh: penggunaan bahan ajar berbentuk
power point pada e-learning dengan basis efront. Bahan ajar ini mendukung
pembelajaran online karena dapat diakses oleh peserta didik Kelima kunci di
atas memiliki keterkaitan dan pengaruh yang signifikan dalam kegiatan
pembelajaran dengan blended learning.
Literasi dan TIK
dalam Pembelajaran Blended Learning
Blended
learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal
tatap muka dan
pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan sumber belajar online
dengan beragam pilihan
komunikasi yang dapat
digunakan oleh guru dan siswa
(Harding, Kaczynski dan Wood, 2005)
Berkaitan dengan pembelajaran, pemanfaatan
teknologi informasi dalam
setting elearning diperlukan keterampilan guru dalam mengemas dan
membuat materi ajar, serta merancang
pembelajaran agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara
efektif. Dalam rancangan pembelajaran
(desain instruksional) di
dalamnya terdapat proses
yang memandu perancang dalam hal
ini guru dan dosen untuk mendesain, mengembangkan, dan menerapkan materi ajar
(konten elearning). Dengan memanfaatkan infrastruktur dan aplikasi yang
tersedia pada jaringan internet
atau dalam aplikasi
android ponsel yang akan
digunakan untuk mengakses materi
ajar yang dikemas dalam eleaning diharapkan dapat meningkatkan hasil dan
kualitas belajar siswa atau mahasiswa.
Dalam implementasi elearning, ada
tahap evaluasi yang
digunakan untuk revisi
danpenyesuaian terhadap tahap-tahap
sebelumnya. Desain pembelajaran
merupakan proses dinamis yang
dimungkinkan berubah sesuai dengan informasi dan hasil evaluasi yang diperoleh
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengacu pada capaian
kompetensi yang ditetapkan.
Dalam merancang blended learning, ada beberapa komponen yang harus
dipahami oleh guru agar rancangan
pembelajaran tersebut dapat
berkesinambungan dan Komponen-komponen tersebut terdiri atas
(a) perencanaan pembelajaran,
(b) perancangan dan
pembuatan materi, (c)
penyampaian pembelajaran dan
(d) evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran dalam setting blended learning saat
ini menjadi salah
satu alternatif inovasi pembelajaran.
Tentu saja dalam
perwujudan blended learning di
jenjang pendidikan dasar,
dan menengah terdukung oleh fasilitas keterdiaan perangkat keras
jaringan internet atau intranet serta kemampuan dan wawasan guru tentang
blended learning.
Dimasa pandemic kegiatan literasi dengan TIK tidak
dapat dipisahkan, karena pembelajaran selama pandemic baik daring full maupun
pembelajaran campuran/ blended learning tetap harus ada kegiatan literasi baik
secara daring maupun luring.Pada kenyataannya perkembangan kegiatan literasi
pada sekolah yang maju berbeda dengan sekolah berkembang dan sekolah terpencil.
Pada sekolah yang maju secara global literasi digital
maupun non digital dapat terlaksana dengan nilai “cukup “ atau BAIK. Berbeda dengan sekolah
yang berkembang dan sekolah terpencil. Pada sekolah berkembang dapat diniilai
“cukup” dan pada sekolah terpencil dapat nlai “kurang”. Pebedaan ini
diakibatkan oleh sarana –prasarana / sumber belajar untuk berliterasi baik
secara digital maupun non digital tidak sama.
Pada sekolah maju peserta didik tetap diberi akses untuk pinjam
buku-buku paket diperpustakaan yang teknis pelaksanaannya tetap mematuhi
protocol kesehatan dan terjadwal. Pada sekolah maju , letak sekolah dan tempat
tinggal peserta didik umumnya dalam kota sehingga konektivitas jaringan kuat
atau sempurna. Sedangkan pada sekolah yang berkembang juga ada akses pinjam
buku namun jumlah buku terbatas dan
minat pinjam saja kurang. Konektivitas jaringan umumnya tidak merata.
Pada sekolah terpencil juga tidak jauh beda dengan sekolah berkembang .
meskipun sekolah memiliki perpustakaan namun jumlah sumber belajar terbatas ,
tidak dapat memenuhi atau menjangkau jumlah peserta didik. Konektivitas
jaringan umumnya lemah dan minat berliterasi
kurang.
Optimalisasi Literasi Dan TIK selama pandemi
Selama pembelajaran campuran , kegiatan literasi dapat secara daring
melalui media online seperti internet maupun google classroom dan secara luring
melalui literasi disekolah dalam PTMT dan literasi di rumah. Pada kenyataannya
minat belajar atau membaca dari peserta didik rendah dengan dalih “bosan
daring” atau “membosankan”. Hal ini Nampak ketika dilaksanakan pembelajaran
tatap muka terbatas.
Kondisi riil ini mendorong guru untuk berupaya menyajikan pembelajaran
secara daring dan luring dengan bervariasi. Dalam memotivasi peserta didiknya
yang dilakukan guru adalah :
1. ruang maya Google Classroom dijadikan wadah untuk menyajikan
konten-konten atau materi pelajaran baik dengan sajian file maupun melalui
video pembelajaran saja.
2. ruang maya Google Classroom dijadikan wadah untuk menyajikan
konten-konten atau materi pelajaran baik dengan sajian file maupun melalui
video pembelajaran dan tugas / latihan
soal dengan harapan peserta didik sebelum mengerjakan tugas diawali dengan
membaca materi dalam file atau dalam video pembelajaran.
3. Mewajibkan peserta didik mencatat materi-materi/ membuat ringkasan
dari file guru, video pembelajaran atau
literasi digital yang lain. Jika peserta didik mencatat otomatis terjadi
literasi.
4. memberi tugas yang penyelesaiannya membutuhkan informasi lebih banyak
atau kolaborasi dengan mapel yang lain seperti tugas yang materinya terkait
dengan ilmu-ilmu lain yang relevan sehingga peserta didik termotivasi melakukan
literasi digital.
5. Jangan lupa guru tetap memberi penilaian yang obyektif baik penilaian
kualitatif maupun kuantitatif yang dikirim ke peserta ddik sehingga peserta
didik merasa hasil karyanya di hargai dan tidak sia-sia. Penilaian kualitatif
berupa kalimat motivasi yang dikirim lewat group kelas WA atau e-learnig
Pembahasan/Diskusi
Dari pembahasan hasil yang merupakan jawaban dari empat rumusan masalah,
kami dari kelompok -10 menerima pembahasan tersebut karena pembahasannya sesuai
dengan fakta atau kenyataan yang kami alami di lapangan pendidikan selama
pandemic. Peranan digital sangat kami rasakan selama pembelajaran full daring
maupun blended learning. Kelebihan dan kekurangan telah dirasakan oleh peserta didik dan kami sebagai guru..
Dengan adanya pembelajaran campuran baik pendidik dan peserta didik merasa ada
udara bebas, ruang dan waktu walau
sedkit. Udara bebas bukan berarti sebelumnya kami sebagai guru tertekan tetapi
dengan kondisi pandemic dan lockdown membuat kami “sadar diri” , intropeksi
diri. Kami sebagai guru merasa memiliki banyak kekurangan yang harus kami ganti
dengan sutu kelebihan. Sebagai guru peran kami sebagai fasilitator, motivator
harus kami kembangkan dengan sutu variasi , kombinasi cara menyajikan
sutu materi yang dapat membantu peserta didik
mudah belajar, mudah memahami dan tidak membosankan. Kami terdorong untuk meningkatkan kemampuan
dan skill kami dimasa yang darurat dalam
ruang serta waktu yang terbatas. Namun itu semua pada hakikatnya kami tidak
terjepit tetapi kami diberi waktu dan ruang yang sangat luas untuk berliterasi
secara digital , menjelajahi, memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya melalui ruang
maya. Baik guru maupun peserta didik mendapatkan sesuatu yang baru yang
berharga yang harus dimiliki dan bermanfaat selama pembelajaran full daring dan
blended learning.
Kesimpulan
Dalam hal ini
diharapkan guru dengan
memanfaatkan internet atau intranet bahkan phone seluler yang
disinergikan dengan konsep literasi digital untuk dikemas
dalam setting blended learning. Blended learning
dalam aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan
internet, intranet atau
ponsel sebagai media berwawasan literasi
digital dalam upaya
mengawal terbangunnya generasi
emas tahun 2045 sebagai
penciri setiap pebelajar
Indonesia untuk memiliki
keterampilan abad XXI, yaitu:
(1) kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan memecahkan masalah,
(2) pengembangan kreativitas,
(3) kemampuan komunikasi
dan
(4) kemampuan
berkolaborasi merupakan kompetensi
siswa yang harus
dikembangkan. Seorang guru berkehendak merancang
pembelajaran “blended learning”
sebaiknya memperhatikan
beberapa komponen utama,
ada tujuh komponen,
yaitu:
(a) tujuan pembelajaran (kompetensi siswa),
(b) karakteristik materi atau bahan ajar,
(c) proses pembelajaran,
(d) fasilitas, media dan sumber belajar,
(e) karakteristik siswa,
(f) waktu yang digunakan dan
(g) evaluasi pembelajaran
Saran
Berlandaskan pada pembelajaran “student
center” dimasa pandemic sebagai pendidik
disarankan :
1). Mengutamakan , memperhatikan perkembangan
keberhasilan peserta didik selama
pembelajaran campuran. Apakah dalam waktu yang terbatas murid mampu
mempelajari, memahami apa yang kita sajikan tanpa diselimuti rasa bosan?.
2). Memperhatikan pendidikan karakteristik
terkait masalah kejujuran artinya peserta didik harus jujur apakah hasil /nilai
yang diperoleh itu benar-benar karena paham bukan karena menyontek tanpa
memahami. Sebagai guru harus memotivasi peserta
didik untuk berlatih mengasah pikirannya , tidak menggantungkan pada jawaban
dalam internet (menyontek secara digital).
3). Meningkatkan variasi penyajian materi baik
dari media, metode dan konten-konten materi supaya anak termotivasi untuk
berliterasi baik secara dgital maupun nondigital.
Daftar Pustaka
Cahyani, A., Listiana, D. I., & Larasati,
D. P. S. (2020). Motivasi belajar siswa SMA pada pembelajaran
Daring Dimasa Pandemi Covid-19.
https://journal.ptiq.ac.id/index.php/iq/article/view/57
Everett, C.. Pembelajaran Campuran: Potensi Keuntungan dari Pergolakan
Pendidikan Terbaru. https://id.educations.com/articles-and-advice/blended-learning-potential-upside-18897.
Ice, A.,Wardono ,
Kartono, (2018). Pengembangan Literasi
Matematika Mengacu PISA Melalui Pembelajaran Abad Ke-21 Berbasis Teknologi. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/20202/9580
Jaka, Warsihna
(2016).Improve Reading and writing literacy with information adnd comunicatioan
technology (ICT) . https://core.ac.uk/reader/235523270
Risnani, L. Y. 2019. Blended
Learning: Pengembangan dan Implementasinya pada Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
Blended Learning: Development and Implementation of the Course in Plant
Physiology. http://dx.doi.org/10.29405/
j.bes/3274-834007
Sukarti, 2014 . Berkolaborasi dan Menggiatkan literasi di tengah pandemic. https://mtsn2kotakediri.sch.id/2014/02/07/hello-world-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar